• 5 December 2025

Fenomena Supermoon, Tandai Berakhirnya Musim Panen

uploads/news/2025/10/fenomena-supermoon-tandai-berakhirnya-232328ea58937c6.jpg

Jagad Tani - Melalui situs Live Science, Supermoon pertama pada tahun 2025 yang terjadi di bulan Oktober ini dijuluki Harvest Moon dan merupakan fase bulan purnama pertama musim gugur di belahan Bumi Utara, bahkan secara tradisional digunakan untuk menandai berakhirnya musim panen.

Penamaan harvest moon mengacu pada Bulan purnama yang terang benderang serta muncul paling dekat dengan awal musim gugur. Nama ini berasal dari masa sebelum adanya listrik, ketika para petani bergantung pada cahaya bulan untuk memanen tanaman hingga larut malam. Sebab cahaya bulan sangat penting selama musim gugur, saat panen sedang tinggi-tingginya.

Baca juga: Dampak Kejatuhan Meteor Bagi Lahan Pertanian

Dalam fenomena supermoon, bulan akan tampak sekitar 10% lebih besar dan lebih terang jika dibandingkan dengan bulan purnama biasa. Hal ini disebabkan karena orbit bulan yang berbentuk elips, sehingga kadang bulan berada di titik terdekat (perigee) dan titik terjauh (apogee) dari Bumi.

Saat supermoon 2025 terjadi, bulan akan purnama pada pukul 11:47 p.m. EST/23.47 EST hari Senin, 6 Oktober 2025 (3:47 p.m. UTC/15.47 UTC hari Selasa, 7 Oktober) dan akan tampak terang dari purnama pada malam-malam sebelum dan sesudah puncaknya. Senja di hari Selasa akan menjadi waktu terbaik untuk melihat bulan purnama muncul di ufuk timur.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan fenomena supermoon pertama tahun ini terjadi pada 7 Oktober 2025. Di Indonesia, supermoon terjadi pukul 10.47 WIB, dan pada saat fenomena itu terjadi, jarak antara bumi dengan bulan sejauh 361.458 kilometer.

Melalui Antara, Guru Besar Bidang Ekologi Hewan Universitas Mataram (Unram) I Wayan Suana mengatakan jika fenomena supermoon dapat mempengaruhi perilaku hewan liar, sehingga hewan darat dan hewan laut dapat terpengaruh oleh sinar supermoon tersebut, terutama yang sensitif terhadap cahaya malam dan pasang surut air laut.

Menurutnya, hewan laut mengalami perubahan waktu migrasi, pemijahan, dan perilaku makan. Sebagai contoh ikan dan invertebrata yang mengandalkan pasang surut air laut dapat lebih aktif saat supermoon, karena bisa membuat air pasang lebih tinggi dan air surut lebih rendah dari biasanya.

Hewan laut yang bisa terpengaruh supermoon adalah penyu, ikan-ikan kecil, plankton, kepiting, dan predator laut yang mengandalkan cahaya. Sedangkan hewan darat yang perilakunya dapat terpengaruh akibat sinar supermoon adalah serangga malam, burung hantu, kelelawar, dan mamalia nokturnal.

Bahkan hewan predator akan lebih mudah mencari mangsa dengan bantuan sinar bulan dan membuat mangsa lebih berhati-hati, serta mengurangi aktivitas saat malam hari. Perubahan perilaku hewan juga bergantung pada keadaan musim, geografis, dan ekosistem. Penyu, misalnya, beraksi saat musim bertelur, begitu juga dengan ikan yang terpengaruh saat proses pemijahan.

Baca juga: Teh Celup, Temuan Populer Sejak 1901

Perilaku hewan tersebut, juga menyesuaikan dengan lamanya fenomena supermoon, yakni hanya satu malam. Sementara itu efek dari pasang surut ekstrem dapat dirasakan selama satu hingga tiga hari sebelum dan setelah fenomena tersebut dengan total pengaruhnya selama tiga sampai lima hari.

Fenomena ini akan kembali terjadi pada bulan November dan Desember tahun 2025. Untuk bulan November, supermoon akan kembali menghiasi langit Indonesia pada tanggal 5 November 2025 pukul 20.19 WIB. Sementara di bulan Desember, akan terjadi pada tanggal 4 Desember 2025, tepatnya pukul 06.14 WIB.



Related News