“Kalimantan adalah surga bagi berbagai jenis Araceae, namun potensinya masih perlu dieksplorasi.”
JAKARTA - Tumbuhan talas-talasan termasuk dalam keluarga Araceae.
Tumbuhan ini sering dimanfaatkan sebagai sumber pangan, tanaman hias, dan obat.
Tumbuhan ini juga mudah dikenali dengan bentuk daun dan coraknya yang beraneka, serta memiliki bunga tongkol yang seludangnya berwarna-warni.
Baca juga: Kurang Sehatnya Ekosistem Perairan Indonesia
Saat ini terdapat lebih dari 600 jenis Araceae di Indonesia.
Hutan di Indonesia menyimpan keanekaragaman jenis Araceae yang tersebar di setiap pulaunya.
“Kalimantan adalah surga bagi berbagai jenis Araceae, namun potensinya masih perlu dieksplorasi,” ungkap peneliti Araceae dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ni Putu Sri Asih, belum lama ini
Menurut Sri Asih, masyarakat lebih mengenal Araceae sebagai tanaman pangan, terutama dari jenis Amorphophallus atau suweg, porang, dan talas (Colocasia esculenta).
Ada pula Cyrtosperma merkusii yang digunakan sebagai salah satu makanan pokok di Sulawesi Utara.
Di masa pandemi, saat pemerintah mulai mengimbau gerakan ketahanan pangan bagi masyarakat, talas atau suweg bisa menjadi solusi bagi cadangan karbohidrat selain beras.
“Masyarakat bisa mengolah umbinya sebagai campuran beras, penganan rebusan, serta diolah menjadi kue,” imbuhnya.
Araceae juga banyak diminati sebagai tanaman hias.
Penggemar Araceae umumnya tertarik dengan bentuk daunnya dan perawatan yang relatif mudah.
Tidak heran, Araceae menjadi tanaman hias favorit untuk berkebun di masa pandemi COVID-19.
“Sebagian besar Araceae hidup di dataran rendah hingga sedang, ia hanya memerlukan habitat hidup berhumus, porous dan lembap,” ujarnya.
Beberapa jenis Araceae asal Indonesia yang berpotensi sebagai tanaman hias antara lain berbagai jenis Alocasia, Spathiphyllum, Schismatoglottis, Rhaphidophora, Scindapsus, dan Homalomena.
“Araceae asli Indonesia ini umumnya memiliki bentuk daun yang unik, tidak kalah cantik dengan Monstera, jenis Araceae dari luar negeri yang sedang naik daun,” terangnya.
Di sisi lain, potensi Araceae sebagai tanaman obat masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
“Selama ini pengetahuan mengenai potensi Araceae sebagai obat justru berasal dari kearifan lokal yang berkembang di masyarakat, misalnya Alocasia longiloba bisa dimanfaatkan sebagai obat luka. Ini bisa menjadi peluang bagi peneliti untuk mendalami potensi Araceae,” jelas Sri Asih.
Baca juga: Katak Mini Baru dari Sumsel
Meskipun status Araceae di habitat aslinya, khususnya di hutan Indonesia, masih mudah ditemukan, tetapi ancaman degradasi hutan berpotensi merusak habitat Araceae di alam.
Di samping itu, studi populasi mengenai Araceae masih terbatas, sehingga status konservasinya belum teridentifikasi dengan baik.
"Masyarakat yang mengambil Araceae di alam tetap memiliki kesadaran untuk melestarikannya bagi generasi mendatang," harapnya.