Budidaya Kepiting di Air Tawar
Sebelum membudidayakan kepiting bakau di air tawar, yang perlu diperhatikan yaitu mempertimbangkan lokasi dan juga faktor alam yang nantinya akan berpengaruh terhadap budidaya kepiting bakau.
Kepiting bakau merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia, terutama di kawasan hutan bakau atau perairan payau.
Setidaknya ada empat jenis kepiting bakau yang memiliki nilai komersial yaitu, Scylla serrata, S. olivacea, S. tranquebarica, dan S. paramamosain.
Baca juga: Budidaya Kepiting demi Kelestarian Mangrove
Potensi dan permintaan pasar terhadap kepiting bakau pun cukup luas dan tidak terbatas, baik untuk permintaan lokal maupun ekspor.
Menurut data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada 2017 nilai ekspor kepiting dan rajungan mencapai USD 409,82 juta dan menempati posisi ketiga di bawah nilai ekspor udang dan tuna atau cakalang.
Biasanya, kepiting dan rajungan diekspor dalam keadaan hidup, dibekukan atau dikemas dalam kaleng.
Sebelum membudidayakan kepiting bakau di air tawar, yang perlu diperhatikan yaitu mempertimbangkan lokasi dan juga faktor alam yang nantinya akan berpengaruh terhadap budidaya kepiting bakau.
Faktor alam yang dimaksud yaitu air yang digunakan haruslah bersih dan terbebas dari segala polusi.
Selain itu, ketersediaan pakan alami juga akan membantu kesuksesan budidaya kepiting tembakau.
Untuk budidaya kepiting bakau di air tawar, berikut caranya:
Persiapan lokasi budidaya
lebih Siapkan kolam budidaya dengan kedalaman antara 0,8 - 1 meter dan sanitasi pada kisaran 15 - 30 ppt.
Karena kolam buatan, lebih baik jika kolam budidaya kepiting bakau dilengkapi dengan filter, agar sirkulasi air tetap terjaga dan kepiting bakau tidak merasakan perbedaan di habitat barunya.
Mencari calon indukan
Untuk ciri-ciri kepiting bakau yang cocok digunakan sebagai indukan dalam budidaya, yaitu:
Reaksinya cepat dan gesit, baik itu pada tubuh, capit, maupun matanya, serta tidak memiliki cacat pada tubuhnya.
Matang gonad dengan lebar karapas 9 - 10 sentimeter bagi betinanya, dan 11 sentimeter untuk pejantan, serta berat mencapai 185-250 gram.
Tidak terinfeksi jamur ataupun parasit lainnya.
Menyiapkan wadah pembibitan
Sebelum digunakan, wadah pembenihan wajib dicuci dan dikeringkan selama kurang lebih 2 - 3 hari.
Pemeliharaan induk pada wadah pembenihan, sebaiknya dilengkapi dengan pasir berketinggian 15 sentimeter pada dasar bak agar kepiting merasa tidak berpindah habitat.
Kedalaman air dalam wadah pembibitan pun hendaknya juga diperhatikan, yaitu cukup 10 - 20 sentimeter, lengkap dengan satu aerasi per meternya.
Mempercepat kematangan gonad
Dalam budidaya kepiting bakau, untuk mempercepat kematangan gonad, biasanya dilakukan pemotongan lewat tangkai bola mata.
Karena, dalam tangkai itulah terdapat organ yang menghambat perkembangan ovary.
Penyebaran kepadatan, indukan biasanya berkisar antara 2 - 3 ekor dengan perbandingan jantan yaitu, betina berkisar 1:2.
Setelah bibit ditebar, maka pemberian pakan bisa dilakukan sebanyak dua kali saat pagi dan sore hari.
Dosis pakan idealnya, yaitu 15% dari berat badan per harinya, dan 5% dari berat badan menjelang pemijahan.
Penggemukan kepiting
Dalam kurun waktu 5 - 10 hari, kepiting bakau sudah terlihat gemuk jika dirawat dengan baik dan benar.
Hanya saja, yang perlu dihindari dalam budidaya kepiting tembakau yaitu, pertarungan antara kepiting jantan dan betina.
Hal itu bisa menimbulkan dampak buruk bahkan kematian pada kepiting.
Proses penetasan telur
Satu ekor kepiting betina biasanya akan menghasilkan 1 - 2 juta butir telur, dengan derajat penetasan mencapai 95 - 98%.
Tanda-tanda kepiting memijah yaitu menempelnya massa telur pada bagian abdomennya.
Setelah proses pemijahan selesai, telur akan dierami oleh induknya selama 10 - 12 hari.
Usahakan suhu dalam kolam mencapai 26,5 - 29,5 derajat celcius dan salinitas mencapai 31 - 32 ppt, agar proses ini berjalan dengan lancar.
Selama proses pengeraman, sebaiknya indukan betina dipisahkan dan diletakkan pada bak fiberglass berukuran 1 x 0,5 x 0,5 centimeter untuk tiap induknya.
Sirkulasi air juga tidak boleh berhenti sama sekali saat proses ini berlangsung, sirkulasi air juga harus diawasi meskipun dalam tingkatan yang berbeda.
Setelah telur berusia 7 - 8 hari, pindahkan indukan ke bak penetasan berbentuk kerucut bervolume 300 - 500 liter.
Proses pemeliharaan larva
Setelah telur-telur tersebut menetas, pindahkan larva kepiting bakau tersebut ke dalam bak fiberglass dengan kepadatan antara 10 - 30 ekor per liter.
Berikan pakan berupa udang kecil, artemia, atau rotifera.
Tetap perhatikan sanitasi air dalam kolam tanpa melakukan pergantian, karena kepiting bakau sensitif sekali terhadap perubahan lingkungan.
Pembesaran kepiting
Proses selanjutnya yaitu pembesaran.
Lakukan pembesaran dengan menebar benih kepiting pada kolam pembesaran.
Agar bibit-bibit tersebut tidak mengalami stres, penebaran hendaknya dilakukan saat pagi hari.
Perhatikan suhu air yang harus berkisar antara 27 - 28 derajat celcius dan salinitas 10 - 15 promil, pH dalam kisaran 6 - 8, serta oksigen terlarut sekitar 5,5 ppm.
Semua itu harus dilakukan dengan cermat, agar budidaya kepiting bakau Sahabat Tani sukses panen.
Baca juga: Antara Budidaya atau Ekspor Lobster
Proses pemanenan
Saat panen, Sahabat Tani harus membersihkan kotoran yang menempel pada tubuhnya dengan cara menggoyang-goyangkan dalam air.
Meskipun bisa hidup di luar perairan, namun kondisi dari kepiting haruslah tetap lembab, karena bagaimanapun kepiting bakau tetap membutuhkan air.
Beri penyiraman atau penyemprotan agar kepiting tidak mengalami dehidrasi dan tetap segar sampai pada tangan konsumen.