Sekolah Menanam pada Musim Pancaroba
"SLI merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode belajar sambil praktik dengan tahapan belajar mengalami, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan"
JAKARTA – Memasuki pergantian musim dari hujan menuju kemarau yang biasa disebut dengan musim pancaroba, biasanya terjadi pada bulan Maret-April, bisa lebih cepat atau lambat, pada musim ini biasanya curah hujan dan tingkat intensitas cahaya jadi kurang menentu, sehingga sangat berpengaruh pada sektor pertanian.
Musim pancaroba menjadi salah satu kekhawatiran bagi para petani karena biasanya pada musim ini beragam penyakit muncul pesat sehingga menyebabkan kerusakan tanaman. Untuk menyiasati musim pancaroba, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengadakan sebuah kegiatan dengan nama Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional Komoditas Bawang Merah di Desa Tuksari, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.
SLI merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode belajar sambil praktik dengan tahapan belajar mengalami, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan. Prinsip pendidikan dalam SLI operasional adalah memberikan peran yang seluas-luasnya kepada petani untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengalamannya dan memadukan dengan informasi yang diperoleh dari para pemandu dalam mengantisipasi dampak iklim ekstrem serta materi dan praktik mengenai budidaya dan penanggulangan hama penyakit.
Baca Juga: Hadirnya Varietas Unggul Benih Hidroponik
Selain itu, peserta di SLI akan dibekali materi pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, tata cara pengamatan unsur cuaca dan aroekosistem, mengenal perbedaan cuaca dan iklim dan proses pembentukan awan hujan, dan pemahaman informasi prakiraan iklim dan musim.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat usai berkunjung pada pembukaan SLI mengatakan, pada musim pancaroba masyarakat khususnya para petani bisa memanfaatkan musim saat ini dengan menanam jenis tanaman tertentu. Adapun jenis tanaman yang cocok dengan musim pancaroba yaitu tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, misalnya seperti bawang merah
"Memanfaatkan sisa musim hujan ini agar diperoleh panen yang lebih baik nantinya," kata Dwikorita, mengutip dari Antara.
Dengan mempertimbangkan kondisi iklim serta kondisi topografinya dan menerima masukan dari masyarakat, aparat setempat dan dari penyuluh pertanian, SLI bawang merah di Temanggung ini akan berjalan dengan semestinya.
Baca Juga: Panen Raya Petani Millenial Sukabumi
Perempuan yang dulunya pernah menjabat sebagai rektor Universitas Gajah Mada ini menegaskan, "Pada musim kemarau tahun 2021 masih ada hujan yang sifatnya normal sampai di atas normal. Artinya itu malah menguntungkan bagi pertanian, karena tidak kering. Normal sampai di atas normal berarti kemaraunya masih ada hujan, bisa dimanfaatkan untuk jenis tanaman tertentu," tegasnya.
Lebih lanjut, akademisi dan teknokrat Indonesia ini mengatakan, dengan dibangunnya SLI ini diharapkan mampu memahami dan memprediksi kondisi cuaca seminggu ke depan dan sudah tahu kondisi iklimnya masih ada hujan dan memanfaatkan sisa musim hujan ini untuk memperoleh panen yang melimpah lebih daripada biasanya, karena waktu tanam yang berbeda dibandingkan petani pada umumnya.
Baca Juga: Sistem Pertanian Permakultur Jaga Ekosistem
"Petani yang lain tidak sedang menanam bawang merah sehingga nanti panennya tidak banyak pesaingnya, seperti tahun lalu dilaksanakan di Kecamatan Tlogomulyo waktu tanamnya agak berbeda dengan yang lain justru harganya bagus sampai Rp23 ribu per kilogram," kata perempuan berusia 56 tahun itu.
Kemudian, perempuan kelahiran daerah Yogyakarta ini berharap kegiatan SLI bisa memberikan semangat kerja bagi para petani dengan lebih memahami kondisi cuaca dan iklim sehingga bisa disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam dan dapat meningkatkan kesejahteraaan para petani.
Baca Juga: Banjir NTT Rusak Arela Pertanian