Budidaya Melon Sistem Green House Menjanjikan
Jagadtani - Pemerintah Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memanfaatkan tanah kas desa untuk budidaya melon dengan sistem green house. Tanah kas desa yang semula kurang produktif kini mampu menghasilkan omset jutaan rupiah.
Sekretaris Desa Bogem, Sukana, mengatakan, saat ini baru ada satu green house yang dikelola dan dikembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Bogem. Penggarapan green house ini bekerjasama dengan petani milenial.
Dijelaskan, green house dengan ukuran 10 X 40 meter persegi mampu menampung 1.200 tanaman melon. Pada panen perdana beberapa waktu lalu, melon yang dihasilkan mencapai sekitar 1,2 ton dan laku terjual sekitar Rp 28 juta. Pemasaran bekerjasama dengan pihak lain.
"Dulu sebelum dibangun green house, lahan di sini digarap petani untuk ditanami padi, kacang hijau dan palawija, tapi hasilnya kurang maksimal karena daerah sini minim air. Makanya ini dimaksimalkan dibuat sistem green house melon dan ternyata hasilnya lebih bagus. Rencananya tahun ini akan dikembangkan lagi tambah satu green house lagi," ujarnya, Jumat (6/1/2023).
Kepala Desa Bogem, Tri Raharja, mengatakan, budidaya melon dengan sistem green house cukup menjanjikan. Dalam satu tahun, bisa panen sampai tiga kali. Sedangkan saat ini di bulan Januari 2023 telah memasuki panen raya kedua. Estimasi panen kedua ini 1,5 ton.
"Budidaya buah melon selain membantu mendongkrak Pendapatan Asli Desa (PADes) juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar," ujarnya.
Salah satu petani milenial yang kesehariannya merawat tanaman melon di green house, Rudi Raharjo, menjelaskan untuk perawatan sangat rumit jika memasuki masa tanam dan penyerbukan bunga. Saat itu, tanaman melon harus bebas dari hama agar hasilnya maksimal.
Untuk mengantisipasi hama, lahan ditutup plastik untuk bagian samping serta bagian atas. Sedangkan bagian bawah diberi terpal.
"Ini jenisnya melon inthanon dari eropa. Kalau estimasi panen 1,5 ton harga jual untuk inthanon pasaran dari petani itu Rp 18.000 per kilogram," ujarnya.