• 22 November 2024

Jambu Biji Berpotensi Cegah Covid-19

uploads/news/2020/03/jambu-biji-berpotensi-cegah-58295bc9f7e532d.jpg

Ternyata dari riset secara bioinformatika ini, komponen pada jambu biji cukup lengkap sebagai bahan alam yang bisa mencegah atau paling tidak mengurangi virus tersebut.”

JAKARTA - Riset gabungan peneliti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) University meneliti buah jambu biji daging merah yang diklaim dapat menghambat wabah virus corona COVID-19 di dunia dan Indonesia. Penelitian multidisiplin kedua kampus itu menemukan senyawa protein pada buah itu paling cocok untuk menghambat virus patogen.

“Ternyata dari riset secara bioinformatika ini, komponen pada jambu biji cukup lengkap sebagai bahan alam yang bisa mencegah atau paling tidak mengurangi virus tersebut, kata Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB  seperti melansir Detik.com, belum lama ini.

Baca juga: Hand Sanitizer dari Daun Sirih

Prof. Ari menyebut, riset tersebut menemukan ada banyak senyawa di dalam jambu biji (Psidium guajava) dengan daging buah warna merah muda memiliki kandungan hasperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin.

Myricetin sendiri berfungsi sebagai penghambat atau inhibitor helicase SARS coronavirus (Yu et al, 2012). Sedangkan kuersetin sebagai penghambat atau inhibitor non-competitive 3CLPro dan PLpro (Lin et al, 2005; Nguyen et al, 2012). Kemudian, Luteolin sebagai inhibitor protein furin yang diduga sebagai salah satu enzim yang memecah protein S (spike) virus corona seperti pada MERS (Peng, et al, 2017; Kleine, et al, 2018).

Sedangkan kaempferol berfungsi sebagai inhibitor non-competitive 3CLPro dan Plpro (Park, et al, 2017). Hesperidin yang menghambat ikatan domain pengikat reseptor (receptor-binding domain/RBD) dari protein Spike SARS-COV-2 dengan reseptor ACE2 (enzim pengubah angiotensin atau angiotensin-converting enzyme/ACE) pada manusia, sehingga diprediksi berpotensi dalam menghambat masuknya virus SARS-COV-2 (Wu, et al, 2020).

Penemuan senyawa kandidat potensial di jambu biji, kulit jeruk, dan daun kelor itu dilakukan oleh gabungan peneliti multi disiplin dari UI dan IPB yang mencakup Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UI, Klaster Bioinformatics Core Facilities di Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran UI, Klaster Drug Development Research Center di IMERI Fakultas Kedokteran UI, Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI, Rumah Sakit UI, Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB dan Departemen ilmu Komputer IPB.

Kandidat Anti-virus

Dalam penelitian untuk menemukan kandidat anti-virus corona itu masih sebatas komputasi belum di tingkat seluler, hewan dan manusia. Ini karena mereka belum melakukan pengujian langsung ke sampel virus SARS-CoV-2 karena tidak memiliki akses ke virus itu. Selain itu, sampel virus berada di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BalitbangkesBalitbangkes) Kementerian Kesehatan RI.

Adapun, penelitian itu dilakukan dengan melakukan analisis big data dan machine learning dari basis data HerbalDB yang dikembangkan oleh Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI terhadap interaksi 1.377 senyawa herbal dengan struktur virus SARS-CoV-2. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemetaan farmakofor yang menggunakan metode struktur dan ligand. Hasilnya dikonfirmasi dengan menggunakan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas anti-virus nya.

"Kita perlu penelitian lebih lanjut karena bahan alaminya ada di sekitar kita," ujar Ari seperti melansir Bisnis.com, belum lama ini.

Baca juga: Jahe Merah Mencegah Virus Corona?

Di sisi lain, masyarakat dapat mengkonsumsi jambu biji sehari-hari untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Dosen di Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UI Rafika Indah Paramita mengatakan, penelitian yang dilakukan tim gabungan itu masih bersifat preliminary atau studi awal yang masih perlu penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian itu bisa dimanfaatkan publik.

"Hasil yang kami lakukan saat ini masih berupa prediksi. Tapi prediksi yang kami kerjakan ada dasarnya, ada proses penelitian secara ilmiah berbasis komputer," tuturnya.

Hasil penelitian itu merekomendasikan, senyawa-senyawa kandidat potensial itu bisa dijadikan alternatif untuk usaha pencegahan terinfeksi COVID-19.

"Walaupun memang kami belum bisa melakukan itu di level SARS-CoV-2 karena kami tidak punya akses untuk mendapatkan virusnya karena memang sekarang yang kami tahu virus ini masih ada di Balitbangkes,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya berharap dapat mengakses virus SARS-CoV-2 dari Balitbangkes Kesehatan, sehingga bisa melakukan penelitian lebih lanjut di tingkat sel untuk menguji pemanfaatan senyawa kandidat potensial itu dalam upaya pencegahan virus SARS-CoV-2 menginfeksi manusia. Senyawa kandidat potensial itu dapat berperan untuk menghambat virus bereplikasi dan mencegah virus menempel pada reseptor ACE2 di manusia.

"Ketika virus masuk, virus butuh memperbanyak diri untuk bisa menginfeksi manusia," ungkapnya.

Sementara itu, protein spike pada virus SARS-CoV-2 berfungsi agar virus bisa berikatan dengan reseptor ACE2 di manusia sebagai jalan masuk virus menginfeksi sel manusia. ACE2 utamanya terdapat di saluran pernapasan manusia.

"Spike fungsinya untuk menempel pada reseptor yang ada di manusia sehingga virus tadi bisa mengeluarkan materi genetiknya sehingga masuk ke sel dan menginfeksi manusia," jelasnya.

Senyawa itu diprediksi dapat menyasar protein khusus di virus SARS-CoV-2 sehingga menghambat aktivitas perlekatan virus penyebab COVID-19 ke reseptor ACE2 di manusia. Dengan demikian, itu dapat memblokir masuknya virus ke sel inang.

"Jadi bisa menghambat replikasinya sehingga dia tidak bisa memperbanyak diri, kemudian bisa menghambat menempelnya si virus ke manusia," ungkapnya.

Baca juga: Minyak Kelapa Diklaim Cegah Coronavirus

Namun, Rafika mengatakan, senyawa-senyawa kandidat potensial yang berasal dari bahan alam itu tidak bisa diklaim sebagai obat atau untuk terapi pengobatan yang menyembuhkan pasien dari penyakit COVID-19. Senyawa-senyawa itu merupakan kemungkinan untuk pencegahan virus SARS-CoV-2 menginfeksi manusia dengan menghambat replikasi atau pertumbuhan dan perkembangan virus serta masuknya virus ke sel di tubuh manusia.

Related News