BRIN Dorong Pemuliaan Durian Lokal Ciptakan Preferensi Konsumen
Jagadtani - Durian atau Durio zibethinus Murray menjadi salah satu komoditas buah tropis yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Tercatat, lebih dari 100 varietas hasil kegiatan pemuliaan durian telah didaftarkan di Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul lokal.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mengatakan, analisis pasar dan tren karakteristik durian yang diminati konsumen perlu mendapat perhatian. Menurutnya, tren pasar durian tidak dapat diterka dan diduga. Namun tren tersebut pada umumnya diciptakan.
Hal ini mengindikasikan bahwa tren pasar durian sudah masuk dalam tahap “market driving” dan tidak lagi berorietasi pada paradigma “market driven”.
“Sehingga hasil riset dan inovasi bisa menciptakan persyaratan atau kondisi-kondisi yang mendukung preferensi konsumen dan mengarahkan opini masyarakat dengan inovasi yang kita ciptakan,” kata Puji, dalam webinar HortiActive#13, bertajuk “Pemuliaan Durian Berbasis Sumber Daya Genetik (SDG) Lokal dan Tren Pasar Durian di Indonesia”, Selasa (26/11).
Lebih lanjut Puji menuturkan, Indonesia merupakan rumah bagi varietas durian, baik yang liar maupun budi daya yang mencerminkan kekayaan SDG lokal dan bernilai ekonomi. Pulau Kalimantan memiliki lebih dari 19 spesies durian. Sementara, Sumatra dilaporkan mempunyai sekitar 11 spesies.
Sedangkan sekitar 11 spesies ditemukan di kepulauan Malaysia, dan 2 spesies dilaporkan merupakan spesies asli Myanmar.
Dari 27 spesies yang telah ditemukan, hingga kini hanya 6 spesies yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi. Salah satunya adalah D. zibenthinus yang telah banyak ditanam secara komersial di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Diversitas genetik yang tinggi dari durian saya rasa sangat penting sebagai sumber materi genetik dan bahan seleksi untuk pemuliaan durian. Program pemuliaan durian sendiri sudah dilakukan secara konvensional di Balai Penelitian Tanaman Buah Subtropika (Balitbutrop) Kementerian Pertanian, baik melalui persilangan intra- dan inter-spesies,” ucap Puji.
Dirinya mengatakan jika hasil persilangan tersebut telah ditanam di lapang untuk evaluasi lebih lanjut. Kegiatan seleksi sumber daya durian lokal juga terus dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah dan pelaku usaha tani untuk mendorong potensi keunggulan daerah dan perlindungan sumber daya genetik durian asli Indonesia.
“Ke depannya, kita harus mencari cara untuk lebih mengakselerasi pelepasan ataupun penyiapan bibitnya, sehingga BRIN dalam hal ini sangat berperan penting untuk ikut andil di dalamnya,” tegas Puji.
Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN Dwinita Wikan Utami menambahkan, keterlibatan pemerintah daerah selaku pemilik SDG lokal durian dan petani sangat penting, guna melindungi sumber daya genetika durian serta mendorong potensi di daerahnya.
Permintaan durian lokal di pasar cukup tinggi, terlebih, pada musim panen, seperti durian wowor, petruk, dan sunan yang sudah mulai banyak diminati.
Namun, Dwinita menyebut, pasar durian lokal di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan untuk bersaing secara lebih signifikan di tingkat nasional maupun internasional. Di antaranya tantangan dalam konsistensi kualitas, kontinuitas pasokan, dan branding.
Ketergantungan pada musim panen menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan. Sementara promosi dan nilai tambah durian lokal masih kalah bersaing.
“Tren pasar saat ini menunjukkan bahwa sebenarnya peluang pasar durian cukup besar bagi petani lokal dan pelaku usaha, sehingga kita bisa fokus pada peningkatan kualitas maupun kuantitasnya serta penguatan identitas produk varietas lokal. Ini potensi bagi pemerintah daerah untuk mem-branding SDG lokal yang dimiliki,” ujar Dwinita.
“Dengan strategi pemasaran yang lebih inovatif, didukung inovasi riset BRIN, diharapkan durian lokal mampu menjadi primadona di pasar domestik dan menjangkau pasar ekspor secara lebih luas,” tandasnya.