BRIN Berharap Hasil Riset Dapat Bermanfaat Bagi Pertanian Indonesia
Jagadtani - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai badan riset tentunya berharap dapat bermanfaat dalam perkembangan pertanian Indonesia. Hal ini disampaikan wakil ketua BRIN, Amarulla Octavian yang menyatakan, integrasi yang dilakukan BRIN bertujuan mempercepat pengumpulan dan pengelolaan data riset di Indonesia.
“Hasil riset diharapkan tidak hanya akademis, tetapi juga memiliki kebermanfaatan nyata bagi masyarakat, kementerian, dan industri,” katanya, dalam Refleksi Akhir Tahun 2024, bertajuk “Riset dan Inovasi Pertanian dan Pangan untuk Indonesia Maju”, secara hybrid, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Selasa (24/12).
Jika pada tahun pertama, BRIN fokus pada standarisasi dan penataan organisasi, kini fokus telah bergeser ke capaian publikasi ilmiah yang menjadi standar untuk memastikan riset berbasis scientific thinking.
Amarulla menyoroti bahwa riset di BRIN berasal dari berbagai institusi dengan pendekatan berbeda-beda. Oleh karena itu, evaluasi kinerja tidak bisa menggunakan satu standar saja. BRIN perlu menetapkan berbagai standar sesuai tugas masing-masing periset.
“Peran BRIN adalah berkontribusi sejalan dengan pemerintah untuk mencapai target strategis. Dalam refleksi ini, penting bagi para periset untuk merumuskan riset-riset yang berkontribusi pada prioritas utama BRIN dan pemerintah,” jelasnya.
Selain itu, sistem kinerja dan kedisiplinan telah disiapkan, termasuk mekanisme khusus bagi para periset. Forum ilmiah yang diadakan nantinya dapat menjadi wadah untuk mengekspos hasil-hasil riset.
Riset pangan memiliki keterkaitan erat dengan riset kesehatan, khususnya terkait pangan bernutrisi tinggi. “Ke depan, kolaborasi Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) dengan OR lainnya perlu ditingkatkan,” ujar dia.
Pada 2025, BRIN memiliki prioritas strategis yang mencakup pengembangan SDM, penguatan tata kelola organisasi, inovasi program kerja, dan kolaborasi eksternal. Basis data BRIN yang sedang disiapkan akan memungkinkan akses publik terhadap data riset, sehingga hasil riset dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, termasuk mahasiswa.
“Monitoring dan evaluasi berbasis data ini akan membantu mengetahui tantangan yang dihadapi periset dan memastikan fokus riset yang lebih tajam,” tegasnya.
Teknologi Pertanian dan Pangan
Sebagai pembelajaran, negara-negara Afrika seperti Etiopia dan Nigeria telah menunjukkan kemajuan pesat di sektor pertanian melalui teknologi.
“BRIN dapat mengundang OR atau Pusat Riset terkait teknologi untuk merancang sistem pertanian, mulai dari produksi hingga panen, juga pengolahan produk pangan dan teknologi penyimpanan dan pengawetan, yang dapat menjaga kualitas makanan mudah rusak, seperti daging dan ikan, juga menjadi peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut”, tutur Amarulla.
BRIN juga dapat fokus pada teknologi pembibitan melalui rekayasa genetika. Penyediaan bibit tahan hama dan penyakit perlu disertai dengan peta komoditas pangan dan ternak yang sesuai untuk tiap wilayah. Informasi ini dapat disampaikan kepada Menko Pangan sebagai bukti kontribusi riset BRIN.
Tantangan lain adalah meyakinkan petani untuk menggunakan inovasi ini. Saat ini, petani di Indonesia cenderung bekerja secara mandiri (freelance), tidak seperti negara lain, di mana, petani memiliki status seperti pekerja tetap.
Sistem ini memungkinkan produksi berkelanjutan dengan harga tanaman yang stabil. “BRIN dapat mengusulkan sistem petani bergaji tetap, lengkap dengan proses rekrutmen yang transparan,” ujar Amarulla.
Selain itu, teknologi irigasi presisi yang menggabungkan artificial intelligence dapat membantu petani mengelola air secara efisien. Teknologi panen modern juga harus dirancang untuk mendukung keberlanjutan kegiatan petani.
“Penting pula memastikan lahan pertanian tetap tersedia, terutama lahan milik pemerintah, agar tidak terus berkurang akibat konversi menjadi kawasan industri atau pemukiman,” tegasnya.
Teknologi pengelolaan air seperti Subak di Bali atau penampungan air laut dapat menjadi solusi irigasi sekaligus pengendalian banjir. Teknologi pupuk berbasis rumput laut juga dapat mengurangi ketergantungan pada NPK, menjaga kesuburan tanah untuk musim tanam berikutnya.
“BRIN dapat menawarkan teknologi ini kepada Kementerian Pertanian, termasuk teknologi rumah kaca (green house),” tambahnya.
Amarulla menekankan pentingnya kolaborasi dengan OR lain, seperti OR Kesehatan untuk tanaman bernutrisi tinggi atau OR Energi untuk peralatan dan proses pengolahan pangan. “Refleksi ini menjadi momen untuk menginventarisasi kendala di lapangan dan memperkuat kolaborasi lintas OR, sehingga teknologi dan inovasi yang dihasilkan dapat memberi dampak optimal,” pungkasnya.